Oleh : Renungan Kisah Inspiratif
Suamiku, satu bulan sudah berlalu. Masih
teringat jelas di dalam memori otakku detik-detik bahagia itu. Detik di
mana malaikatpun ikut mendoakan kita. Detik di mana gerbang kebahagiaan
akan kita lewati dengan ikatan perjanjian yang kuat. Mahligai akan kita
bangun dengan kekuatan cinta. Mahligai yang meski sederhana, namun kokoh
dan meneduhkan. Engkau sebagai raja yang arif dan perkasa melindungi
dari setiap serangan. Dan aku adalah ratu yang lembut, senantiasa
memberi cinta dan kedamaian serta menjaga singgasana kita.
Suamiku, satu bulan kita lalui penuh kebahagiaan. Namun sayang, kita
tidak boleh berbangga diri. Jalan di depan kita masih panjang. Satu
bulan hanya masa perkenalan, seperti halnya bunga krisan yang
beradaptasi di lingkungan barunya.
Satu bulan hanya masa yang
singkat, karena sepanjang usia kita pun takkan bisa benar-benar mengenal
dua pribadi yang berbeda. Satu bulan hanya titik awal kita memulai
perjalanan ini. Ingatlah suamiku, perjalanan kita nantinya tidak selalu
semulus yang kita rencanakan. Akan banyak kejutan dari-Nya yang bisa
membuat kita tersenyum, tertawa, menangis, bahkan terluka. Namun, jangan
sampai gentar suamiku sayang. Tetaplah tegar dan kuat menghadapinya.
Karena kita kan selalu bersama, berusaha bersabar dan mengambil hikmah
di setiap kejutan itu.
Ingatkah engkau sayangku. Nasehat bijak
dari orang tua kita? Beliau tak lebih tinggi pendidikannya dari kita.
Namun, mereka telah melalui perjalanan yang panjang. Telah banyak bunga
dan duri yang mereka temui. Dan pastinya, mereka lebih banyak mengambil
hikmahnya. Maka suamiku, mari kita renungkan nasehat tersebut. Sama-sama
kita perbanyak bekal dalam perjalanan panjang kita.
Sayang,
aku ingin selalu menjadi bidadari untukmu. Tidak hanya di dunia
sekarang, tapi juga sampai ke surga Allah kelak. Maka, tak akan mudah
seperti yang ku bayangkan untuk mencapainya. Dinda juga perlu bantuan
dan dukunganmu, wahai suamiku. Ingatkanlah dengan tegas setiap
kesalahanku namun dengan kelembutanmu. Karena isterimu ini hanyalah
tulang rusuk mu yang bengkok. Jangan kau paksakan meluruskannya, karena
ia akan patah. Tapi jangan juga kau biarkan karena ia akan selamanya
bengkok. Bimbinglah isterimu ini untuk meraih ridho dari mu dan terutama
ridho dari Allah.
Ketahuilah suamiku, aku hanyalah manusia
biasa yang jauh dari sempurna. Begitu juga dengan dirimu. Aku hanya
wanita yang bisa rapuh. Begitu juga engkau hanya lelaki biasa yang bisa
menjadi khilaf. Kita hanya pribadi yang mempunyai ego masing-masing.
Kita bisa mengajukan semua logika untuk merancang masa depan surga kita.
Namun, kita tidak berdaya dengan kuasa-Nya. Hanya kekuatan doa lah yang
bisa membantu kita. Hanya kesederhanaan pemikiran kita tentang sabar
dan syukur yang bisa menyelamatkan kita.
Jangan pernah takut
sayang, jika suatu saat badai datang menerjang kapal kita. Aku kan
selalu mendampingimu melawan badai itu. Luruskan arah dan kembangkan
layar, aku kan membantumu dengan kompas penunjuk arah yang benar.
Tetaplah tabah menghadapinya karena badai itu kan mendewasakan kita
hingga nantinya kita sampai ke pulau impian itu. Karena Allah tidak akan
menguji kita di luar kesanggupan kita. Yakinlah akan ada terang setelah
gelap malam. Kuatkanlah desain kapal kita agar anak-anak kita nantinya
tetap aman di dalamnya meski kita menghadapi goncangan. Persiapkanlah
untuk mereka pendidikan akhlak yang terbaik sehingga mereka bisa
meguhkan perjuangan kita dan menguatkan dengan doa.
Tak banyak
lagi kata-kata yang bisa kutuangkan dalam surat ini, suamiku. Karena
kata takkan cukup menceritakan tiap hal yang akan kita temui. Hanya
sebait puisi kesayanganmu yang bisa kuselipkan di akhir surat ini.”Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat
disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” (Sapardi Djoko Damono)
Sekian surat dari ku untukmu suamiku. Kutitipkan doa di dalam surat
ini, dan akan kkirim dengan penuh cinta kasih sayang hanya untukmu.
No comments:
Post a Comment